• About Us
  • Beranda
  • Indeks
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Konten
Friday, December 19, 2025
hipkultur.com
  • Login
  • Register
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
hipkultur.com
No Result
View All Result
Home Kultur Pop

Nada-Nada Penuh Makna di Balik Nama Ophelia

Lionita Nidia by Lionita Nidia
11 October 2025
in Kultur Pop
0
Kolase lukisan Ophelia.

Kolase lukisan Ophelia.

0
SHARES
0
VIEWS
Bagikan di WABagikan di TelegramBagi ke FBBagi ke X

Nama Ophelia belakangan lagi sering muncul di linimasa. Ini gara-gara Taylor Swift rilis album baru The Life of a Showgirl yang di dalamnya ada single berjudul “The Fate of Ophelia”. Kabarnya, kurang dari 24 jam setelah albumnya dirilis tanggal 3 Oktober 2025 kemarin, lagu “The Fate of Ophelia” langsung bertengger di puncak Spotify.

Angka streaming-nya mencapai lebih dari 33 juta kali. Tercatat melampaui rekor lagunya sendiri “Fortnight” dari album The Tortured Poets Department—25 juta streaming dalam sehari.

Setelah music video-nya dirilis, lagu ini makin melejit. Banyak yang bikin dance cover-nya di TikTok, Shorts, dan Reels. Kalau sering muncul di FYP-mu, pasti nama Ophelia langsung terbayang-bayang terus.

Tapi mbak Taylor bukan yang pertama. Sebelum dia, The Lumineers sudah bikin lagu “Ophelia” (2016) dengan vibe folk yang ringan dengan sedikit getir. Dulu juga ada The Band yang punya lagu “Ophelia” (1975), lebih soulful dan penuh nostalgia.

Oke, jadi sebenarnya siapa si Ophelia ini? Kenapa beberapa musisi meminjam namanya dalam lagunya?

Cerita Sang Ophelia

Ophelia adalah karakter perempuan muda dalam drama Hamlet, salah satu karya paling terkenal dari William Shakespeare.

Ophelia digambarkan sebagai seorang gadis bangsawan yang polos, lembut dan penurut. Dia adalah putri dari Polonius dan kekasih Pangeran Hamlet. Sepanjang lakon, Ophelia terombang-ambing antara kesetiaannya kepada ayahnya dan cintanya kepada Hamlet.

Henrietta Rae (1859–1928), Ophelia (1890), oil on canvas, Walker Art Gallery, Liverpool, England. (Wikimedia Commons)
Henrietta Rae (1859–1928), Ophelia (1890), oil on canvas, Walker Art Gallery, Liverpool, England. (Wikimedia Commons)

Sang ayah dan saudara laki-lakinya, Laertes, selalu memperingatkannya supaya berhati-hati dengan Hamlet, karena doi kelihatan nggak tulus. Ophelia nurut-nurut saja untuk menahan rasa cintanya. Sampai suatu hari dugaan itu benar. Hamlet yang terjebak ambisi dan dendam, akhirnya membunuh Polonius. Sejak itu, dunia Ophelia seperti runtuh.

Ophelia muncul lagi di Babak IV Hamlet, tapi bukan sebagai gadis yang sama. Dia suka bernyanyi dengan nada ganjil, menebar bunga sambil bicara nggak karuan. Ophelia jadi gila. Tapi di situ justru dia menemukan kebebasan untuk nggak lagi dikekang oleh cinta atau perintah siapa pun.

Sayangnya, kebebasan itu nggak bertahan lama. Hidup Ophelia dikisahkan berakhir tenggelam secara tragis. Saat memetik bunga di tepi sungai, dia jatuh dan pelan-pelan hanyut, sambil bernyanyi. Kematiannya diceritakan oleh Ratu Gertrude kepada saudara Ophelia, Laertes.

Selama berabad-abad, Ophelia jadi simbol perempuan yang terjebak antara cinta, tekanan sosial, dan kuasa laki-laki. Jadi cerminan betapa mudahnya perempuan disalahpahami, dipinggirkan, dan terbuang begitu saja.

Makna Nama Ophelia

Nama Ophelia bisa dimaknai dari sudut pandang macam-macam. Tapi masih dalam satu benang merah kisah cinta yang pilu.

Di lagu “The Fate of Ophelia”, Taylor Swift mengangkat sisi itu ke konteks modern. Kata Taylor dalam wawancaranya di Heart Breakfast, lagunya bercerita tentang seseorang yang datang dan menyelamatkannya dari takdir menjadi gila karena cinta.

Seperti biasa, Taylor menulisnya dengan sentuhan autobiografis khasnya. Banyak fans yang bilang lagu ini adalah cerita hubungannya dengan Travis Kelce, bintang NFL yang sekarang jadi tunangannya.

Ada lirik “Swore my loyalty to me, myself and I / Right before you lit my sky up,” yang merujuk ke era “independent woman” Taylor di tahun 2023. Masa di mana dia merayakan kebebasan dan kebangkitannya setelah serangkaian kisah cintanya yang gagal.

Tapi bagian paling kuat datang di bridge“No longer drowning and deceived / All because you came for me.” Kalimat ini kerasa seperti pernyataan kalau Taylor nggak sampai tenggelam karena cinta, berkat seseorang yang datang menyelamatkannya. Ditutup dengan “You saved my heart from the fate of Ophelia.” Akhirnya, nasib Taylor nggak sampai tragis seperti yang dihadapi Ophelia.

Taylor Swift's album cover.(Mert Alas & Marcus Piggot)
Taylor Swift’s album cover.(Mert Alas & Marcus Piggot)

Di sampul albumnya, Taylor berpose di bak mandi pakai gaun berhias berlian. Itu jadi sebuah penghormatan ke lukisan Ophelia karya John Everett Millais yang ikonik. Tapi bedanya, Taylor nggak tenggelam. Dia terapung dengan sadar, glamor, dan tetap hidup.

The Lumineers juga memakai nama Ophelia, tapi konteksnya beda. “Ophelia” di sini bukan sosok perempuan rapuh dari panggung Hamlet. Tapi menjadi simbol dari sosok lain yang jauh lebih menggoda dan berbahaya: sebuah ketenaran.

Setelah “Ho Hey” meledak dan bikin mereka mendadak terkenal, The Lumineers merasa kayak mengalami roller coaster emosional yang aneh. Dunia tiba-tiba berputar lebih cepat, sorotan kamera datang dari segala arah, dan di tengah semua euforia itu, mereka mulai bertanya-tanya apakah itu yang sebenarnya mereka harapkan.

Kata vokalis, Wesley Schultz, Ophelia adalah metafora buat orang yang jatuh cinta pada ketenaran. Dalam wawancara bareng Entertainment Weekly, dia bilang, “Sorotan itu mungkin terasa seperti sajian tanpa akhir, tapi sebenarnya kamu cuma bersinar sebentar, lalu hidup terus berjalan.” Simple-nya, ketenaran itu manis di awal, tapi cepat basi.

Di lagu ini, Schultz bernyanyi, “Ah, when I was younger / I should’ve known better.” Ia menyesal sudah begitu ngebet pengin terkenal. Setelah mencapainya, ia malah merasa hampa. Di bait lain, ia menyebut Ophelia sebagai seseorang (atau sesuatu) yang dingin, yang nggak bisa benar-benar membalas perasaannya. Seolah bilang, “Aku udah jatuh cinta ke hal yang nggak bisa mencintaiku balik.”

Chorus-nya juga cukup menyindir. “Oh, Ophelia / You’ve been on my mind since the flood.” The flood bisa diartikan sebagai momen ketika popularitas mereka naik drastis. Begitu banjir perhatian itu datang, semua terasa seru. Sampai akhirnya mereka sadar kalau banjir itu juga bisa menenggelamkan.

The Lumineers - Ophelia cover.
The Lumineers – Ophelia cover.

Kalimat “Heaven help the fool who falls in love” kayak tamparan buat siapa pun yang tergoda oleh spotlight. Karena jatuh cinta pada ketenaran itu seperti jatuh cinta pada Ophelia. Memabukkan, tapi berujung tenggelam.

Keindahan dalam Duka Ophelia

Nama Ophelia bisa bertahan dan relevan karena maknanya lentur. Ia bisa mewakili cinta yang nggak adil, perempuan yang dibungkam, atau seseorang yang kewalahan menghadapi tuntutan dunia.

Selain dalam musik, kisah tragis Ophelia terus abadi sebagai salah satu lukisan paling indah di dunia. Di tangan pelukis Inggris John Everett Millais, kematian Ophelia terlihat sebagai momen yang tenang dan magis.

Lukisan ini dibuat antara tahun 1851–1852, di masa Millais tergabung dalam kelompok seni Pre-Raphaelite Brotherhood, sekelompok seniman muda yang ingin melawan gaya lukisan konvensional dan membawa kembali detail, emosi, dan kejujuran ke dalam seni.

Untuk melukis latarnya, Millais turun langsung ke tepi Sungai Hogsmill di Surrey. Dia duduk di alam terbuka berhari-hari hanya untuk menangkap cahaya, warna air, dan dedaunan seakurat mungkin. Figur Ophelia baru ia lukis kemudian di studionya di London.

Tentu saja hasilnya luar biasa. Dalam lukisan itu, Ophelia tampak terapung di air, gaunnya mengembang seperti bunga, wajahnya tenang seolah menyerah pada nasib. Tapi setiap detail di sekitar tubuhnya penuh simbol dan makna tersembunyi.

Ophelia, 1851-52, oil on canvas, by John Everett Millais. (Courtesy Tate London)
Ophelia, 1851-52, oil on canvas, by John Everett Millais. (Courtesy Tate London)

Ada mawar di dekat pipi dan gaunnya yang melambangkan “Rose of May,” panggilan sayang dari sang kakak, Laertes. Violet yang menggantung di lehernya berarti kesetiaan dan kesucian, juga poppy merah di antara rerumputan yang jadi simbol tidur abadi dan kematian.

Waktu pertama kali dipamerkan di Royal Academy’s Winter Exhibition, “Ophelia” langsung menarik perhatian. Banyak yang memujinya karena keindahan detailnya, juga karena paradoksnya. Sesuatu yang lahir dari kegilaan dan kematian bisa terlihat begitu damai dan memesona.

Sejak itu, Ophelia versi Millais jadi ikon feminitas, kelembutan, dan kerapuhan yang abadi. Ophelia berujung menjadi simbol visual tentang bagaimana dunia seringkali mengemas penderitaan perempuan menjadi sesuatu yang “indah” untuk dinikmati.

Kita tahu kisahnya tragis, tapi tetap kita rayakan karena gambarnya bagus, nadanya puitis, dan emosinya relatable. Begitulah.. seni memang bisa mengolah duka menjadi sesuatu yang bisa kita pahami atau bahkan nikmati.

Tags: Fakta Musiksejarahseni
Previous Post

Single: “Cinta dan Air Mata” – Vintonic, Sebuah Keindahan dalam Keikhlasan

Next Post

Single: “Selalu Ada, Meski Tiada”, Eksplorasi Baru Menuju Album Perdana Indra Dinda

Next Post
Indra Dinda

Single: “Selalu Ada, Meski Tiada”, Eksplorasi Baru Menuju Album Perdana Indra Dinda

Please login to join discussion

Daftar Putar

Recent Comments

  • Bachelor of Physics Engineering Telkom University on Simak Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Berikut Ini
  • Ani on Simak Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Berikut Ini
  • About Us
  • Beranda
  • Indeks
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Konten

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.