Jika kamu masyarakat Indonesia, kamu pasti tak asing dengan kota Pahlawan satu ini. Ya, Surabaya. Kota dengan segudang sejarah di dalamnya ini ternyata juga menyimpan ragam budaya lho, tak terkecuali dengan musik.
Selain musik tradisional, dangdut, dan pop, kota ini juga terkenal dengan musik rocknya yang khas.
Bahkan, digadang-gadang kota ini sudah berlabel dengan jargon musik rock terbaik di Indonesia lho. Banyak musisi rock terkenal yang lahir dari kota pahlawan ini.
Tak terkecuali dengan band rock “The People of The Sun”. Masih mengusung tema classic rock dan rock progressive, band ini sukses melejit di tengah-tengah gempuran band rock yang tengah ngehits.
Dirintis saat pandemi tahun 2021, band ini mulai merayap dan memulai karirnya di tengah-tengah kancah musik yang sedang tiarap.
Terlebih di tahun itu kondisi ekonomi masyarakat yang belum stabil dan sedang muram, membuat band ini harus ekstra berjuang dan merombak berbagai macam konsep musik didalamnya.
Digawangi oleh Dwi Pramono (Vocal, Keyboard), Adria Riswinanda (Guitar), Rahmana Wiradanu (Bass, Vocal), Bimo P. Widiyahutomo (Drum), saat ini band The People of The Sun berhasil merilis self titled EP di digital streaming platform yang tersebar di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa Timur.
Tak ada tema besar yang terdesain dalam linier self titled EP The People of The Sun. Hanya saja The People of The Sun mengusung tema suka duka yang bersinggungan saat pandemi, tema tersebut tertuang di setiap lirik lagu dalam self titled EP The People of The Sun.
“Secara garis besar sih mungkin ya problem sehari sehari, mulai dari skala kecil (rumah sendiri) sampai skala global seperti “Disintegration” itu lagu tentang pandemi,” ujar Bimo sang drummer.
Lebih jauh lagi, tema yang tersirat dalam EP ini juga lebih menceritakan tentang perlawanan dan pertahanan walau dihantam lelah bertubi-tubi.
Seperti halnya kisah perlawanan yang tertuang pada lagu Madness.
Lagu ini menceritakan tentang stress terhadap kancah politik Indonesia di era 2020-2021, yang membuat para personil The People of The Sun merasa jengah karena dilawan seperti apapun kondisi polarisasi tetap tidak menimbulkan perubahan.
Mungkin, hal tersebut didasari oleh posisi pelawan yang masih dianggap sebagai “lost cause” dan belum terdengar.
Tak kalah menarik, ternyata kisah perlawanan juga tertuang di lagu Disintegration.
Lagu ini menceritakan tentang realita depresi dan sindrom kelelahan akut dalam menghadapi kondisi pandemi.
Tak sampai disitu, lagu Dimensi juga berangkat dari inspirasi pengalaman sang vokalis, yang mengisahkan tentang proses perjalanan hidup seorang manusia yang berani mengambil resiko dalam mewujudkan apa yang dia ingin, dan melawan standar formal life goal manusia yang lazim di masyarakat.
“Kayak lulus kuliah terus kerja terus berkeluarga, nah itu kan standarnya kehidupan formal ya. Kita main musik dan masih menggantungkan cita-cita di musik, disini termasuk hal yg masih tabuh untuk mengejar cita-cita sesuai passion,” ujar Dwi Pramono sang vokalis
Setelah tema-tema pertahanan dan perlawanan, ternyata The People of The Sun juga menyelipkan tema rumah sebagai tujuan akhirnya. Rumah dianggap sebagai solusi dari perjuangan dan perlawanan serta perpaduan terakhir yang hadir menyempurnakan semuanya.
Tema ini tertuang dalam lagu Ingenue dan Tetaplah Pulang.
Lagu ini menceritakan tentang tentang seorang pria yang merasa punya kecocokan dengan pasangannya. Kecocokan tinggi tersebut tanpa sadar membawa sang pria akan kenangan bersama sang ibunda, karena semua hal yang dilakukan pasangannya terlampau mirip dengan ibunya.
Selain itu, Tetaplah Pulang juga mengisahkan keluarga yang memiliki sebuah motto tetaplah pulang walau banyak masalah. Tetaplah pulang karena doa orang tua sepanjang masa.
Gimana, udah penasaran buat dengerin lagunya? Yuk dengerin Self Titled EP dari The People of The Sun di platform streaming digital sekarang juga.
Spotify:
Spotify Artist:
Youtube:
EP The People of The Sun:
Video “Ingenue”