Kecepatan arus informasi seakan sudah tidak terbendung lagi. Saking gesitnya, sampai menguji daya ingat dan bikin kita lupa kalau semuanya bisa lenyap kapan saja. Tapi, kemungkinan ini sudah dibaca sejak lama oleh Internet Archive. Organisasi nonprofit yang gigih menjaga warisan informasi untuk generasi pengguna internet mendatang.
Dicetuskan oleh Brewster Kahle, Internet Archive berdiri tahun 1996. Brewster Kahle adalah seorang pustakawan sekaligus pengusaha teknologi. Ia punya visi untuk membangun perpustakaan global full akses buat siapa saja.
Kahle juga dikenal sebagai salah satu pendiri Alexa, perusahaan analis trafik internet. Ia memulai proyek pengarsipan ini dengan tujuan ambisius. Yakni menyimpan setiap halaman web yang pernah ada, dan mengarsipkannya untuk penggunaan masa depan. Web-crawler Alexa menjadi bekalnya untuk menjelajah setiap halaman web dan berbagai konten yang terpapar di internet.
Waktu diwawancara Wired pada tahun 2015, Kahle menjelaskan “Kami ingin menciptakan perpustakaan global yang tidak hanya menyimpan buku dan rekaman, tetapi juga semua informasi digital yang ada di internet. Ini adalah upaya untuk memastikan bahwa pengetahuan tidak hilang dalam ketiadaan.”
Niat itu memang diwujudkan secara konsisten oleh Internet Archive. Awalnya dengan mengarsipkan halaman web, lalu lanjut lebih luas lagi. Mencakup aneka jenis format media digital, termasuk video, audio, dan teks.
Perjalanan Internet Archive
Seiring waktu berjalan, Internet Archive tumbuh pesat. Salah satu tonggak penting dalam sejarahnya, ketika meluncurkan Wayback Machine pada 2001. Fitur ini bisa dipakai user untuk mengakses arsip dari website yang sudah berubah atau hilang. Tentu, ini jadi alat berharga banget buat peneliti, jurnalis, dan fans sejarah digital.
“Internet Archive bertujuan untuk menjaga internet dari kepunahan. Wayback Machine adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini dari internet. Memungkinkan kita untuk melihat bagaimana situs-situs web berkembang dari waktu ke waktu,” kata Kahle kepada wartawan The Guardian pada 2016.
Bukan cuma halaman website, Internet Archive juga menambah cakupan koleksinya. Sampai mengarsipkan buku-buku, film, rekaman audio, software, dan sebagainya. Kamu bisa baca seluruh koleksi buku di Open Library dalam versi e-book secara gratis. Kalau mau cari arsip audio/video jadul, Internet Archive juga membuka akses ke banyak materi yang susah ditemukan di tempat lain.
Pada tahun 2014, Internet Archive juga merilis proyek Archive-It. Proyek ini membuka peluang buat organisasi/individu yang ingin menyusun koleksi arsip web khusus mereka sendiri. Jadi, seperti kamu bisa punya perpustakaan digital sendiri untuk berbagai kebutuhan.
Contohnya University of Dayton yang membuat koleksi khusus terkait warisan Katolik dan Marianis. Mulai dari blog Katolik hingga kisah-kisah tentang Perawan Maria dalam berita.
Menemukan Tantangan dan Kontroversi
Meski berkembang dan sukses, bukan berarti perjalanan Internet Archive selalu mulus. Mereka kerap menghadapi tantangan, khususnya soal hak cipta dan persetujuan dari pemilik konten. Beberapa penerbit dan perusahaan media khawatir dengan penggunaan materi yang diarsipkan Internet Archive dan bisa diakses oleh siapa saja.
Contohnya pada tahun 2020, American Association of Publishers menggugat Internet Archive dengan tuduhan pelanggaran hak cipta terkait akses ke arsip e-book. Kasus ini mencuatkan perdebatan mengenai keseimbangan antara hak cipta dan hak publik untuk mengaksesnya.
Brewster Kahle merespons gugatan tersebut dengan, “Kami memahami bahwa hak cipta adalah masalah yang serius, tetapi kami percaya bahwa akses ke pengetahuan adalah hak yang sama pentingnya. Kami berkomitmen untuk bekerja dengan penerbit dan pemegang hak untuk mencari solusi yang adil,” saat diwawancara The New York Times.
Masa Kini dan Masa Depan
Saat ini, Internet Archive masih ada dan terus berkembang. Sampai tahun 2022 saja, jumlah koleksi mereka sudah di angka miliaran. Terdiri dari 625 miliar halaman website, 38 juta buku dan teks, 14 juta rekaman audio termasuk 240.000 konser, tujuh juta video termasuk 2 juta acara berita TV, 4 juta foto, dan 790 ribu perangkat lunak.
Meskipun mengarsipkan konten digital, mereka juga memiliki perpustakaan fisik di markas besar San Fransisco, Amerika Serikat, juga cabang Vancouver, Kanada. Pun semakin mengembangkan diri dengan mengadaptasi teknologi terbaru.
Proyek-proyek, seperti Archive-It dan Open Library juga sudah mendapatkan banyak testimoni positif. Lebih dari 800 lembaga pengarsipan, museum, dan perpustakaan menggunakan Archive-It. Sudah cukup lama pula, mereka menggandeng Perpustakaan Kongres Amerika Serikat, National Science Foundation, sampai Museum Smithsonian dalam hal pengarsipan digital.
Menghadapi masa depan, Internet Archive berkomitmen untuk memperluas koleksi dan meningkatkan layanan. Seperti yang dibilang Kahle dalam wawancara dengan TechCrunch pada 2023, “Kami melihat masa depan di mana setiap informasi yang pernah ada dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja. Misi kami adalah membuat itu menjadi kenyataan.”
Dalam kenyataannya, biaya mengelola Internet Archive juga sama sekali tidak murah. Pada umumnya butuh biaya sekitar 10 juta Dollar per tahun untuk seluruh kegiatan operasionalnya. Sebagian besar sumbernya berasal dari Kahle, baik dari kantong sendiri maupun yayasan miliknya. Selebihnya, mereka mengandalkan kemitraan dengan berbagai lembaga, hibah, dan sumbangan.
Namun, proyek ambisius ini memang tidak semata-mata bertujuan mencari uang. Menurut Kahle, meskipun ia kehilangan uang untuk setiap megabite data yang diarsipkan, proyek ini memberikan baginya keuntungan secara pribadi.
“Definisi saya tentang hidup yang baik adalah melayani orang lain. Tujuannya adalah akses universal terhadap pengetahuan manusia,” katanya kepada Cabinet Magazine.