Sound After Day Fest (SADFEST) adalah acara yang digagas oleh dua band asal Malang dan Surabaya, yakni Kee… dan Others, sejak 2005. Acara ini berjalan secara swadaya dan kolektif. Untuk Kota Malang, penyelenggaraannya dipegang oleh kolektif Brotherhood and Substance yang bermarkas di Jl. Tumenggung Suryo.
Memasuki jilid keenam, SADFEST kembali hadir pada 2025, tepat 20 tahun setelah edisi perdananya. Uniknya, SADFEST VI digelar dua kali, yakni di ABM atau STIE Malangkucecwara dan di Gazebo UM atau Panggung Terbuka Trapesium Universitas Negeri Malang.
Pada gelaran pertama, Sound After Day VI: Broken City Scene, lineup yang tampil antara lain Scared Face sebagai pengganti High Acid yang berhalangan hadir, serta Hatum, The Run New Grade, The Polar Bears, Crimson Diary, Sir Lord Buzz, Peka, The Wavings, Others, dan Kee… . Acara mengalami sedikit keterlambatan karena kendala teknis—persiapan baru rampung pukul 17.00, meskipun seharusnya dimulai pukul 14.00. Sepanjang hari, suhu dan cuaca tetap hangat serta kering.
Scared Face membuka acara dengan alunan alternative rock bernuansa Seattle sound yang membangkitkan semangat penonton. Hatum kemudian melanjutkan dengan warna hardcore dan sedikit sentuhan doom metal, meski tampil tanpa satu personel. Massa yang memenuhi lini depan didominasi oleh rekan-rekan sebaya Hatum yang berasal dari generasi Z.
Berikutnya, The Run New Grade yang eksis sejak era 2004-an menghadirkan garage rock revival. Setelah itu, giliran The Polar Bears, band math rock-emo yang berhasil menarik perhatian generasi Z dan milenial berkat kepiawaian musikal mereka. Crimson Diary kemudian membangun atmosfer bittersweet dengan nuansa British rock akhir 1990-an hingga awal 2000-an, sebelum Sir Lord Buzz kembali menghidupkan suasana lewat Seattle sound dengan lirik berbahasa Indonesia.
Peka hadir membawakan Madchester sound ala The Stone Roses dan The Charlatans, menghadirkan kesederhanaan yang tetap menyenangkan. Sementara itu, The Wavings tampil dengan surf punk garage yang unik, menghadirkan gitar crunchy berbalut reverb basah khas pantai selatan serta tema-tema horor yang membedakannya dari band surf rock lain di Indonesia.
Sayangnya, ketika tiba giliran Kee… dan Others, hujan deras turun secara tiba-tiba. Force majeure ini membuat SADFEST di ABM harus berakhir lebih cepat sebelum seluruh lineup tampil.
Sebagai kompensasi atas gig yang terpotong, sekaligus memberikan kesempatan bagi Others untuk menuntaskan last show mereka sebelum salah satu personelnya berangkat ke luar negeri, digelarlah Sound After Day VI (Repeated): Helter Skelter – City Scene Still Broken. Acara ini menghadirkan band-band dari Surabaya, yakni Others, LGCB, Shrine, dan Pixy Plum, serta dari Malang, yakni The Polar Bears, The Wavings, Hatum, The Run New Grade, Kee…, serta dua band dari Opus 275, yaitu Cantina dan On Friday. Venue kali ini kembali ke Gazebo UM, tempat SADFEST jilid V sebelumnya digelar.
Lagi, Sound After Day kali ini kembali agak molor. Acara dimulai setelah adzan Maghrib, dua band OPUS 275 era kepengurusan sekarang membuka dengan baik. On Friday membawakan lagu-lagu cover seperti Maze Of Mind dari Beeswax dan satu lagu sendiri, begitu pula dengna Cantina.
Seperti edisi sebelumnya, acara ini juga mengalami sedikit keterlambatan dan baru dimulai selepas azan Magrib. Dua band dari Opus 275 membuka acara dengan baik. On Friday membawakan lagu-lagu cover seperti Maze of Mind dari Beeswax dan satu lagu orisinal mereka, begitu pula Cantina.
Setelah itu, Hatum tampil dengan formasi lengkap, kali ini dengan kualitas suara yang lebih jernih karena venue yang lebih kecil dan intim. Selain lagu-lagu mereka sendiri, Hatum juga meng-cover In My Eyes dari Minor Threat. The Wavings kembali membakar semangat dengan horror surf punk mereka yang khas.
Lalu, dua band shoegaze dari Surabaya, Pixy Plum dan Shrine, mengambil alih panggung. Pixy Plum menghadirkan heavy shoegaze dengan durasi panjang serta harmoni vokal pria dan wanita, sementara Shrine menyuguhkan alternative rock dengan balutan chorus, reverb yang basah, serta distorsi yang solid. The Polar Bears kembali hadir, memikat penonton lintas generasi dengan math rock yang kompleks namun tetap memukau.
Seharusnya, The Run New Grade tampil setelahnya, tetapi mereka batal naik panggung karena gitarisnya mengalami kecelakaan dan harus dilarikan ke rumah sakit. Sebagai penggantinya, LGCB (Let’s Go C’mon Baby) unjuk kebolehan dengan garage rock yang rapi dan penuh keterampilan, membawakan lagu-lagu seperti Heri-Heru, Bad Day Pasti Berlalu, dan Joni Don’t Go.
Dua band terakhir, Others dan Kee…, menutup acara dengan megah. Others membawakan materi-materi baru mereka dengan visual melankolis yang menyatu dengan alunan instrumental mereka. Kee… kemudian menutup SADFEST VI dengan post-rock yang kontras dengan melankolia Others. Lagu-lagu seperti Lubricanova’s Soul, Sisi Lain, dan Dreams Aren’t Nothing menghadirkan energi optimistis sebagai penutup acara.
Meskipun sempat mengalami kendala teknis dan cuaca, Sound After Day VI tetap berlangsung dengan sukses. Berkat kerja sama yang sigap, durasi acara dapat dinegosiasikan dengan pihak kampus sehingga tetap berjalan dengan baik.
Dua gelaran ini mencerminkan semangat gig kolektif di era 2000-an yang seringkali bersifat free entry. Namun, kultur gig berbayar yang berkembang sejak 2010-an dan 2020-an juga berperan dalam meningkatkan kesejahteraan serta produktivitas musisi Malang di era saat ini.
Alfan Rahadi