in

Balita Naik Gunung, Sebenarnya Boleh atau Tidak?

Ilustrasi: balita naik gunung
Ilustrasi: balita naik gunung

Banyak orang tua menginginkan petualangan buat anaknya. Bentuknya macam-macam, bisa sekadar main di taman, berkunjung ke tempat rekreasi, sampai petualangan serius di alam liar.

Alam liar. Bicara soal ini, orang tua tidak boleh sembarangan. Kalau binatang liar saja sering dikonotasikan buas, memangsa dan menyerang, apalagi alam sebagai tempat bernaungnya.

Baru-baru ini ada lagi yang liar-liar. Sebuah video beredar liar di media sosial. Isinya seorang laki-laki bersama balita, diduga sedang naik-naik ke puncak gunung. Menurut kabar yang berkembang, mereka adalah ayah dan anak petualang sejati, mendaki Gunung Kerinci sampai ke puncak tertinggi.

Karena video beredar liar, tentu saja hasilnya kontroversial. Warganet yang entah KTP-nya diterbitkan otoritas mana, mulai menghakimi sosok di video tersebut dengan komentar macam-macam. Sampai viral, jadi bahan tulisan buat media nasional.

Gunung Kerinci sendiri merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia, bahkan nomor dua setelah Jaya Wijaya. Lokasinya di wilayah administrasi Provinsi Jambi, berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Tingginya hampir empat kilometer di atas permukaan laut, tepatnya 3.805 meter.

Berdasarkan SOP pendakian Gunung Kerinci, pendaki berusia balita tidak dipermasalahkan. Dengan catatan apabila ia ditemani oleh guide/porter, dan terutama kedua orang tuanya.

Dikutip dari CNN, dalam kasus ini kedua orang tua sudah membuat surat pernyataan di atas materai sebagai jaminan pertanggungjawaban pribadi, tanpa membebani petugas pos pendakian. Dan sampai tulisan ini mulai dibuat, kekhawatiran warganet terhadap nasib si balita tersebut masih belum ada diberitakan.

Jadi, sebenarnya ini masalah atau bukan?

Balita Naik Gunung

Jika kamu seorang balita, apalagi bayi, bagaimana kira-kira pandanganmu soal kasus tersebut? Mungkin pertanyaan ini agak sulit buat kalian. Tapi tidak mengapa, tidak perlu dijawab.

Lalu, apa kamu berminat naik gunung? Pertanyaan ini juga tidak perlu dijawab, karena toh kemungkinan besar kalian tidak membaca tulisan ini.

Sepertinya pertanyaan-pertanyaan di atas lebih pas ditujukan buat para orang tua, atau setidaknya yang masih calon. Pantaskah mengajak anak balita naik gunung?

Sekali lagi, mungkin kamu ingin memberikan petualangan buat si kecil. Lewat cara paling aman menurut standar hidup pribadi dan keluargamu. Kalau naik puncak tertinggi gunung berapi kamu anggap bukan masalah, petualangan itu mungkin yang akan kamu berikan buat anakmu.

Tapi kalau berkaca pada persoalan video viral balita naik gunung yang tadi, nyatanya tak sedikit warganet yang mengecam tindakan si ortu tersebut. Itu dianggap membahayakan si balita. Apalagi ada yang menduga bahwa si balita dalam video itu tampak tergopoh-gopoh cara jalannya. Meski itu masih dugaan, mustahil pula menanyakan benar tidaknya dugaan ketergopohan itu kepada si balita.

Dalil Pendukung

Mengutip sebuah artikel terbitan Washington Post empat tahun lalu. Ada sebuah penelitian yang mendukung pendapat bahwa alam bermanfaat bagi anak-anak dalam banyak aspek. Sebuah laporan dalam Health Place Journal, menemukan bahwa pengalaman mendalam di tengah alam bebas bagi anak-anak memberikan manfaat untuk harga diri, efikasi diri, ketahanan, dan kinerja akademik-kognitif.

Lawrence Rosen, seorang dokter anak dan pendiri Whole Child Center, menyetujuinya. “Tidak pernah terlalu dini untuk mengajak anak-anak keluar,” katanya.