• About Us
  • Beranda
  • Indeks
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Konten
Friday, December 19, 2025
hipkultur.com
  • Login
  • Register
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
hipkultur.com
No Result
View All Result
Home Fit & Zen

Orang Stres Biasanya Punya Kebiasaan Stimming, Apakah Itu?

Yusuf Tri by Yusuf Tri
28 September 2023
in Fit & Zen
0
stress stimming

Ilustrasi. (Peoplemagazine)

0
SHARES
0
VIEWS
Bagikan di WABagikan di TelegramBagi ke FBBagi ke X

Apakah kamu pernah melihat orang-orang melakukan stimming? Atau kamu bahkan mungkin melakukan pola perilaku berulang untuk mengatasi stres tanpa menyadarinya? Lantas mengapa kebiasaan ini bisa terjadi?

Perilaku stimulasi diri, yang lebih dikenal dengan stimming, adalah jenis pencarian sensasi yang dapat meredakan perasaan cemas, frustrasi, dan kebosanan. Beberapa orang menganggap stimming menyenangkan.

Meskipun kebiasaan stimming umumnya dikaitkan dengan autisme, hampir semua orang pernah mendapati kondisi stimming ini dari waktu ke waktu. Stimming sangat umum dilakukan oleh kalangan anak-anak.

Bentuk stimming yang halus, seperti memuntir rambut, mungkin tidak diperhatikan.

Bentuk-bentuk stimming yang lebih dramatis, seperti tamparan pada wajah, mungkin mengkhawatirkan untuk disaksikan. Stimming yang menyebabkan kerusakan fisik dapat memenuhi syarat sebagai perilaku melukai diri sendiri.

Stimming tidak selalu dialami oleh penderita autisme, ADHD, atau perbedaan neurologis lainnya. Namun perilaku stimming yang ekstrem seperti membenturkan kepala lebih sering terjadi dengan perbedaan kondisi neurologis.

Alasan Orang Melakukan Stimming

Mengapa orang melakukan pola perilaku berulang untuk mengatasi stres? Jawabannya adalah stimming membantu seseorang untuk mengatasi emosi seperti frustasi dan kebosanan. Kebiasaan ini juga dapat membantu mereka lebih berkonsentrasi, terutama pada tugas-tugas yang menantang atau membosankan.

Seiring waktu, stimming bisa menjadi kebiasaan. Seseorang mungkin akan menggigit kuku mereka atau mengunyah rambut mereka saat membutuhkan konsentrasi yang lebih dalam, sehingga lebih sulit untuk berkonsentrasi tanpa perilaku stimming ini.

Pada kasus autisme, stimming dapat membantu mereka memulihkan rasa kontrol, menenangkan mereka dan membuat gangguan sensorik lebih mudah untuk dikelola. Stimming sering menjadi tanda bahwa orang autis kewalahan dan berjuang untuk mengatasi emosi mereka.

Melansir dari laman Good Therapy, stimming juga bisa menjadi kebiasaan yang menyenangkan, terutama ketika orang mengasosiasikan stimming dengan relaksasi atau konsentrasi.

Apa Stimming bisa Dikendalikan?

Pada dasarnya, perilaku stimming tidak perlu dikontrol kecuali jika hal itu memicu masalah baru. Kalau kamu sudah punya anak, atau mungkin dirimu sendiri memiliki perilaku stimming yang bersifat membahayakan, baiknya segera hubungi dokter untuk pemeriksaan fisik dan evaluasi lainnya.

Namun jika tidak, lebih baik mengelola stimming daripada mencoba mengendalikannya sepenuhnya.

Lebih mudah untuk mengendalikan stimming jika kalian dapat mengetahui latar belakangnya. Tingkah laku adalah salah satu bentuk komunikasi. Jadi, memahami apa maksud seseorang penderita stimming itu penting.

Evaluasilah situasi yang kemungkinan menjadi penyebab stimming. Ketahui apa yang tampaknya memicu perilaku tersebut. Sehingga kalian bisa melakukan apa saja yang bisa menghilangkan atau mengurangi pemicunya, menurunkan stres, dan pilih lingkungan yang menenangkan.

Hindari menghukum perilaku atau kebiasaan stimming. Tindakan ini tidak disarankan. Perilaku stimming yang distop tanpa tahu alasannya, kemungkinan akan diganti dengan bentuk perilaku lain yang mungkin tidak lebih baik.

Perilaku stimming atau pola perilaku berulang untuk mengatasi stres bisa datang dan pergi sesuai keadaan. Terkadang bisa menjadi lebih baik saat seorang anak beranjak dewasa, tetapi mereka juga bisa menjadi lebih buruk selama masa-masa stres.

Dibutuhkan kesabaran dan pengendalian diri yang baik untuk mengatasi kebiasaan ini.

Tags: autisdepresiemosifrustasikecemasanperilakupola pikirstres
Previous Post

Kaesang: Kita Akan Berpolitik dengan Santun dan Santuy

Next Post

“Seumur Hidup Itu Lama” Tergambar Lewat Lagu Hagia Septida

Next Post

“Seumur Hidup Itu Lama” Tergambar Lewat Lagu Hagia Septida

Please login to join discussion

Daftar Putar

Recent Comments

  • Bachelor of Physics Engineering Telkom University on Simak Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Berikut Ini
  • Ani on Simak Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Berikut Ini
  • About Us
  • Beranda
  • Indeks
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Konten

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.