Flowstone, band emo asal Malang yang terbentuk pada 2024, resmi merilis single perdana mereka berjudul “Aftermath”.
Lagu ini mengisahkan penyesalan mendalam seorang laki-laki yang telah menyia-nyiakan perempuan yang selama ini berjuang mati-matian mempertahankan hubungan mereka.
Cerita di balik Aftermath menggambarkan bahwa sekuat apa pun perjuangan, jika dilakukan sendirian, pada akhirnya akan mencapai batas. Perempuan itu akhirnya menyerah, dan hubungan mereka pun berakhir.
Baru setelah semuanya terlambat, sang laki-laki menyadari bahwa orang yang ia sia-siakan adalah sosok yang tulus mencintai dan memperjuangkannya. Kini, meski ia ingin kembali, segalanya sudah berubah. Bahkan jika hubungan itu terjalin lagi, rasanya takkan pernah sama. Yang tersisa hanyalah tangis dan penyesalan.
Datang dari kota dengan skena musik yang terus tumbuh, Flowstone membawa suara emo modern yang kental dengan emosi, energi, dan atmosfer kelam.
Mereka memadukan riff gitar tajam dengan nuansa ambient modern, membentuk identitas musik yang tegas tetapi tetap mentah dan emosional.
“Kami sangat menunggu feedback dari para audiens, dan berharap mendapat komentar positif,” ujar Septian Dwi Kurniawan (vokal).
Alfian Dhifa Ryan Nugraha (bass) menambahkan, “Walaupun kami band pendatang baru, kami membawa semangat emo dengan lirik-lirik emosional. Kami berharap pendengar bisa merasa relate dengan apa yang kami sajikan.”
Flowstone diperkuat oleh Septian Dwi Kurniawan (vokal), Cello Afla Fauza (gitar lead), Lazuardi Iman Maulana (gitar rhythm), dan Alfian Dhifa Ryan Nugraha (bass). Terbentuk “karena ketidaksengajaan yang disengaja” saat mereka sama-sama kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi, pertemuan mereka berlanjut lewat wadah UKM IKABAMA.
Lewat Aftermath, Flowstone berharap dapat menegaskan kehadiran mereka di kancah musik alternatif Indonesia dan merambah pendengar di tingkat internasional. Lagu ini menjadi pembuka perjalanan mereka dalam membentuk gelombang baru di skena emo lokal.