• About Us
  • Beranda
  • Indeks
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Konten
Friday, December 19, 2025
hipkultur.com
  • Login
  • Register
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
hipkultur.com
No Result
View All Result
Home Kultur Pop

HF#25 Floating Through The Ether: Shoegaze Celebrate Itself and Doesn’t Care if Isn’t Cool Anymore

Musik Indonesia by Musik Indonesia
30 September 2025
in Kultur Pop
0
intenna at Floating Through The Ether

Photo by: IG: @Najmooddeen

0
SHARES
0
VIEWS
Bagikan di WABagikan di TelegramBagi ke FBBagi ke X

Malam itu sebuah gig berisikan penampil genre musik shoegaze, ambient dan post rock lintas generasi digelar. Tanpa nama nama nasional seperti Enola, Fleuro maupun Sunlotus. Pengunjung terdiri dari muda-mudi terkini dan beberapa hadir dari generasi sebelumnya, sekitar 35 orang datang.

Lineup diisi spektrum musik mengawang yang beragam mulai dari Mathces-lab yang membawa spirit ambient, eksperimental berbasis susunan data input. Kemudian semangat shoegaze dan alt rock akhir 90an yang terpengaruh Smashing Pumpkins dan Deftones yaitu Hallway.

Shoegaze pelan, berat nan ethereal dari Intenna. Kemudian post-rock millenial dari I’m Sorry I’m Lost dan post metal/blackgaze terkini dari mesias.

Tirai pertunjukan dibuka oleh mathces lewat set ambient eksperimental berbasis “data engineering”. Dentuman abstrak, tekstur elektronis, dan lapisan bunyi non-konvensional jadi pembuka yang tak biasa. Menjadi pembingkai suasana bahwa acara ini bukan konser biasa, melainkan ruang eksplorasi bunyi.

Peralihan suasana terjadi ketika Hallvvay naik ke panggung. Band ini menyuguhkan alt-rock/shoegaze modern dengan tempo rancak, gitar bersalut reverb tebal, dan distorsi yang menohok.

Performanya menghadirkan perpaduan antara energi rock yang keras dan atmosfer shoegaze yang mengawang, menciptakan tarikan emosi yang segar bagi telinga audiens.

Sorotan utama tentu jatuh pada Intenna, veteran shoegaze Malang yang tampil bak pilar scene lokal. Intenna memboyong formasi terkini ovan z. (Gitar), Dwianto Prastowo (Gitar), Pugud haidi a. (bass), Eddo pradana e. (Drum) dan Dyan rizki a. (Vokal) membawakan nomor dari album debut mereka “Helter Skelter”, disusul “Go Right” dari EP Flaw, hingga sebuah lagu baru yang belum diumumkan judulnya.

Intenna menampilkan apa yang mereka kuasai, yaitu lapisan gitar berlapis-lapis, delay dan reverb yang tebal, juga vokal samar yang seolah larut dalam gelombang suara. Distorsi dan feedback bukan lagi sekadar bumbu, melainkan pondasi yang membangun tensi dan pelepasan emosional.

Malam berlanjut dengan I’m Sorry, I’m Lost, unit post-rock instrumental yang kini jadi salah satu nama penting dalam lingkaran lokal. Set mereka, yang banyak bersandar pada album 50:50, bergerak lirih nan syahdu hingga ledakan distorsi monumental. Kontras antara hening dan bising terasa begitu terukur, membuat audiens terhanyut dalam perjalanan penuh emosional.

Sebagai penutup, Mesias hadir dengan nuansa mencekam nan depresif. Musik mereka berat, gelap, sarat atmosfer murung, dengan distorsi yang menghantam dan vokal yang mewakili jiwa-jiwa yang tersiksa batinnya. Penampilan ini terasa seperti klimaks katarsis yang berat, pekat, namun justru membebaskan.

Sorak sorai muda-mudi yang memenuhi venue malam itu membuktikan bahwa shoegaze dan post-rock di Malang, bahkan di Jawa Timur, tidak sebatas nostalgia para penggemar lama. Juga bukan sekadar ruang bagi audiens FOMO yang sebelumnya lebih lekat dengan band seperti Enola, yang hingga kini masih meninggalkan tanda tanya setelah kabar hengkangnya sang vokalis.

Dari mathces yang eksperimental sampai Mesias yang menghujam dalam, jelas bahwa ada 30an orang penonton yang terdiri dari penggemar lama maupun baru tersebut masih mengeksplorasi genre ini. Bukti bahwa shoegaze celebrate itself and doesn’t care if isn’t cool anymore. Scene shoegaze/post-rock di Malang masih hidup, eksis, dan terus beregenerasi.

Previous Post

Single: “V.N.Y” – Anti Superior Ajak Pendengar Syukuri Kehadiran Orang Tercinta

Next Post

Single: “Bahwasanya”– The Loudr, Lagu untuk Mengenang Kepergian Orang Terkasih

Next Post
The Loudr.

Single: "Bahwasanya"– The Loudr, Lagu untuk Mengenang Kepergian Orang Terkasih

Please login to join discussion

Daftar Putar

Recent Comments

  • Bachelor of Physics Engineering Telkom University on Simak Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Berikut Ini
  • Ani on Simak Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Berikut Ini
  • About Us
  • Beranda
  • Indeks
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Konten

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.