Setelah dua dekade lebih vakum, unit metal legendaris asal Malang, Kastil, akhirnya kembali ke kancah musik ekstrem lewat EP terbaru bertajuk Shadows.
Dengan formasi baru, identitas musik yang berevolusi, dan visi yang lebih matang, rilisan ini menjadi lebih dari sekadar reuni, melainkan pernyataan bahwa Kastil siap menetapkan babak baru perjalanan mereka.
Didirikan pada 1998 dan dikenal lewat album debut Metamorfosis Carnivoraous (1999), Kastil sempat vakum sejak 2001.
Satu-satunya anggota asli yang tersisa, Ekomata (gitar), kini menggandeng Djo Asmoro (vokal, Fallen To Pieces), Adi Rakasiwi (drum, Vinogi/Jecovox), dan Harry Gowank (bass, Rottenomicon/Screaming Factor).
Meski sempat mempertimbangkan mengganti nama, mereka menyadari bahwa Kastil bukan hanya label, melainkan identitas dan wadah bagi keresahan personal mereka.
Proses kreatif Shadows dimulai dari nol. Bahkan dari potongan riff yang direkam lewat ponsel. Lirik-liriknya membedah sisi hewaniah manusia yang sering ditekan, namun justru menjadi kunci untuk menemukan jati diri sejati.
“Seiring waktu, kami banyak melihat sisi lain dari manusia yang dulu tidak terlihat. Dunia ternyata tidak hanya hitam dan putih. Itulah yang kami tuangkan dalam EP ini,” ujar Ekomata.
Secara musikal, EP ini memadukan modern thrash metal, modern hardcore, Swedish death metal, dan stoner metal, dengan pengaruh dari Carcass, In Flames, Turnstile, Comeback Kid, hingga Metallica. Meski demikian, Kastil memberi ruang bebas bagi setiap personel untuk berkontribusi tanpa batasan.
Berisi empat lagu, Shadows membentuk alur cerita emosional yang intens: “Awakening”, tentang momen ketika individu mulai menyadari sisi gelap dalam dirinya; “Frantic”, menceritakan kegelisahan dan penolakan batin setelah bertahun-tahun menekan sisi tersebut; “Shadows” tentang penerimaan dan ketenangan melalui penelusuran kegelapan batin; dan “Animal Instinct”, pelepasan penuh sisi naluriah dan liar sebagai bagian dari jati diri.
Bagi Kastil, “Animal Instinct” menjadi lagu yang paling merepresentasikan identitas baru mereka.
“Setiap manusia merekam apa yang ada di sekitarnya, termasuk hal-hal yang membentuk sisi hewaniah. Menekannya hanya akan membuatnya meledak suatu saat,” jelas Ekomata.
Kembali setelah 24 tahun vakum membawa tantangan tersendiri. Jika dulu distribusi fisik jadi hambatan, kini teknologi dan platform digital justru menjadi pemicu kebangkitan.
“Sekarang semua lebih mudah, dari rekaman, desain, sampai distribusi. Ini yang mendorong kami untuk bangkit,” tambahnya.
Shadows menjadi gerbang menuju album penuh yang sedang digarap. Kastil juga telah merencanakan panggung comeback mulai Agustus dan tur pada Oktober 2025. Dengan EP ini, mereka membuktikan bahwa gelap bukan selalu menyesatkan. Terkadang, dari bayanganlah cahaya sejati ditemukan.

