• About Us
  • Beranda
  • Indeks
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Konten
Friday, December 19, 2025
hipkultur.com
  • Login
  • Register
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi
No Result
View All Result
hipkultur.com
No Result
View All Result
Home Profil

Cerita Digi Bikin Proyeksi Seni Masa Depan Lewat Media Digital

Lionita Nidia by Lionita Nidia
5 October 2025
in Profil
0
0
SHARES
0
VIEWS
Bagikan di WABagikan di TelegramBagi ke FBBagi ke X

Seni kontemporer terus berkembang seiring dengan tumbuhnya teknologi yang semakin canggih. Salah satu seni digital yang sekarang mulai menarik perhatian di berbagai belahan dunia adalah video mapping atau projection mapping, teknik menampilkan gambar/video ke permukaan tiga dimensi.

Generasi muda Kota Malang nggak mau ketinggalan untuk ikut unjuk gigi berkarya dalam media art dan digital installation. Di antara mereka, ada nama Digi Arafah, pelaku seni muda yang sekarang dikenal serius mengembangkan karya di bidang motion graphic, animasi, dan video mapping.

Pemuda lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini sudah akrab dengan dunia film, fotografi, dan videografi sejak duduk di bangku SMK. Dari situlah ketertarikannya terhadap seni digital mulai tumbuh.

“Awal tertarik di seni digital mungkin dari film dan desain. Di SMK saya sudah belajar perfilman dan pembuatan poster film. Waktu kuliah pun masih di bidang yang sama,” cerita Digi.

Sekitar tahun 2021, Digi mulai beralih menekuni dunia motion graphic. Ia ingin mencari bentuk ekspresi baru yang lebih menantang dan bisa diapresiasi khalayak lebih luas.

“Saya orangnya nggak gampang puas. Waktu itu merasa apresiasi terhadap pelaku film masih kurang, jadi saya mencoba hal baru,” ujar pemuda kelahiran Lawang, Kabupaten Malang ini.

Membangun Karana dan Swarnaloka

Ketertarikan Digi terhadap motion graphic membawanya bertemu dengan medium video mapping, yang kemudian mengubah arah karier seninya.

“Pertama tertarik di dunia motion graphic, oh lumayan seru ya karena yang dipelajari banyak. Terus bertemu dengan video mapping, ternyata akhirnya bisa berjalan bersama,” kenangnya.

Langkahnya dimulai waktu Digi mengikuti kompetisi Projection Mapping TERANG 2023 di Malaysia lewat karya berjudul Guardian of Heritage: Rusa Pemberani. Kolaborasi bersama Rizki Adha itu berhasil meraih Juara 2 kategori profesional.

Dari situ, Digi mulai berpikir untuk membentuk tim. Ia mengajak beberapa rekannya dan mendirikan studio animasi, motion graphic dan video mapping bernama Karana.

Mereka kemudian mendapat kesempatan diundang tampil dalam pameran kolektif Video Mapping George Town Festival Malaysia di tahun 2023, yang sekaligus menjadi ajang debut nama Karana. Tak lama setelahnya, mereka kembali dipercaya tampil dalam pameran Kinarya Immersiva Indonesia 2023.

Karana terus berjalan dan mengumpulkan prestasi. Mereka meraih Best Use of Technology di SOULFEST Mapping Competition Malaysia 2024, dan 3rd Prize Winner di LUNAR Festival of Lights Bulgaria 2024.

dok. Story of Karana
dok. Story of Karana

Tahun yang sama, Karana kembali diundang dalam ajang TERANG: WARISAN Projection Mapping Showcase Malaysia 2024.

Perlahan, nama Karana mulai dikenal di dunia seni digital Asia Tenggara. Di Malang sendiri, mereka aktif mengadakan pameran video mapping kecil di kafe dan gigs musik lokal. Pameran yang memadukan visual, cahaya, dan audio ini rupanya menarik banyak perhatian audiens muda.

Dari semangat memperkenalkan video mapping itulah lahir kolektif seni Swarnaloka, yang menggagas Malang Light Arts Movement. Gerakan ini fokus untuk memperkenalkan seni cahaya dan new media art kepada masyarakat Kota Malang.

dok. Story of Karana
dok. Story of Karana

Digi selalu membawa unsur nusantara dan teknologi dalam setiap karya yang ia buat. Menurutnya, dua hal itu bisa melahirkan cara pandang baru terhadap budaya dan kehidupan masyarakat.

“Yang saya prioritaskan adalah bagaimana unsur nusantara bisa digabungkan dengan teknologi untuk menciptakan perspektif baru bagi penonton,” katanya.

Dalam proses kreatifnya, Digi memulai dari riset dan pengembangan konsep, lalu membuat sketsa dan sistem kerja sebelum melibatkan tim produksi untuk tahap akhir.

“Biasanya mikir konsepnya dulu, lalu bikin sketsa dan sistemnya. Setelah itu baru saya lempar ke tim untuk finishing,” jelasnya.

A Global Gaze from Gochang

Salah satu kesempatan besar baginya baru-baru ini adalah saat Swarnaloka diundang untuk berkolaborasi dengan Galleryamidi dalam pameran “A Global Gaze from Gochang” di Korea Selatan, sebagai bagian dari 2025 World Heritage Festival di Museum Dolmen Gochang.

Mewakili Asia Tenggara, Swarnaloka mengumpulkan berbagai seniman berbakat untuk turut serta dalam pameran yang digelar mulai 2-22 Oktober 2025 di Museum Dolmen Gochang.

Instalasi di di Museum Dolmen Gochang, Korea Selatan.(dok. Story of Karana)
Instalasi di di Museum Dolmen Gochang, Korea Selatan.(dok. Story of Karana)

Tema pameran itu mengangkat hubungan antara manusia dan alam, melalui simbol Dolmen dan Tidal Flats yang merupakan warisan budaya UNESCO di Gochang. Para seniman dari Asia Tenggara menampilkan karya media art yang menghubungkan warisan budaya Korea dengan tradisi daerah masing-masing.

“Tujuannya membangun dialog lintas budaya antara Korea dan Asia Tenggara, serta menyoroti perubahan ekologi dan ingatan leluhur. Tantangannya bagaimana menyatukan konteks lokal dan global secara autentik,” ujar Digi.

Ada delapan seniman pendatang baru dan mapan yang menampilkan karyanya dalam pameran ini. Mereka adalah MXC Creative Studio dari Vietnam, Keboyotan dari Malaysia, dan Lee Yoon Su dari tuan rumah Korea Selatan.

Sedangkan dari Indonesia, ada The Fox-The Folks (seniman multimedia asal Bandung), Khaery Chandra (motion designer asal Jawa Tengah), Fearmos (tim video mapping asal Surabaya), Rainerius Raka & Adani Zata (seniman desain grafis dan motion design), serta Malik I (Seniman 3D asal Bandung).

Masing-masing akan menerapkan berbagai medium seni media. Mulai dari animasi, motion graphic, video mapping, hingga instalasi interaktif untuk merespons tema Dolmen dan Tidal Flats. Bahkan nantinya setelah periode festival berakhir, instalasi tersebut akan tetap dipamerkan sebagai koleksi jangka panjang Museum Dolmen Gochang.

Terus Berkarya Tanpa Ragu

Sebagai bagian dari generasi muda yang tumbuh akrab dengan teknologi, Digi optimistis terhadap perkembangan seni digital di Indonesia.

Menurutnya, semakin banyak seniman muda yang berani bereksperimen dengan medium baru seperti video mapping, instalasi interaktif, sampai ruang imersif.

“Saya melihat masa depan seni digital di Indonesia sangat cerah. Banyak seniman muda yang mulai eksplorasi teknologi sebagai medium ekspresi,” ujarnya yakin.

Digi Arafah bersama tim Story of Karana.
Digi Arafah bersama tim Story of Karana.(dok. Story of Karana)

Setelah pameran di Korea nanti, Digi belum banyak membocorkan proyek baru yang sedang dikerjakan. Ia hanya mengajak teman-teman untuk terus mengikuti aktivitas Story of Karana dan Swarnaloka Journey lewat akun media sosial mereka.

Bagi para seniman muda yang masih ragu berkarya, Digi titip pesan singkat agar lebih berani menyalurkan segala bentuk ekspresi.

Digi berharap karya-karyanya nggak berhenti di hiburan visual saja, tetapi juga bisa menumbuhkan apresiasi terhadap budaya Nusantara.

“Nggak usah banyak mikir untuk berkarya, lakukan aja apa yang kalian ingin lakukan,” tandasnya mantap.

Tags: artistdigitalMediapameranseniurban
Previous Post

A Global Gaze from Gochang, Ketika Dolmen Kuno Bertemu Media Art Masa Kini

Next Post

Ngaku Aja Kalau Kita Memang Suka Ngurusin Urusan Orang Lain

Next Post
Ilustrasi: ssstttt, mind your own business

Ngaku Aja Kalau Kita Memang Suka Ngurusin Urusan Orang Lain

Please login to join discussion

Daftar Putar

Recent Comments

  • Bachelor of Physics Engineering Telkom University on Simak Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Berikut Ini
  • Ani on Simak Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli Berikut Ini
  • About Us
  • Beranda
  • Indeks
  • Kebijakan Privasi
  • Kirim Konten

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kultur Pop
  • Isu
  • Trivia
  • Profil
  • Fit & Zen
  • Cuan
  • Pelesir
  • Ekspresi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.