Film Joker saat ini sedang menjadi perbincangan. Bagaiman tidak, karakter Arthur Fleck di film ini digambarkan memiliki kondisi sering tertawa dalam keadaan apapun termasuk saat sedih. Ternyata gangguan mental ini ada di dunia nyata. Kondisi Joker tersebut dikenal dengan gangguan emosi atau inkontinensia emosi. Dalam istilah medis dinamakan Pseudobulbar Affect (PBA).
Pseudobulbar Affect (PBA) adalah gangguan dimana penderita tidak dapat merasakan dan mengontrol emosi pada situasi yang dihadapinya. Berbeda dengan Joker, dalam kehidupan nyata penderita PBA umumnya menampilkan ekspresi menangis yang tak terkontrol dibanding tertawa.
Hidup mereka lebih berat dibandingkan orang normal. Pada kondisi seperti ini penderita harus mengatasi penyakit pada diri mereka sekaligus harus mencoba menjadi ‘orang normal’ pada pergaulan sosial. Pada penderita PBA yang parah akan mengakibatkan rasa malu, tidak mau bersosialisasi, kecemasan bahkan depresi. Jumlah penderitanya pun cukup banyak. Dilansir dari pbainfo.org, jumlah penderita PBA di Amerika Serikat mencapai dua juta orang. Sedangkan yang mempunyai gejala mirip, lebih besar, jumlahnya sekitar enam juta.
Gejala yang sering dialami yaitu tiba-tiba menangis atau tertawa dengan lantang dan tidak dapat dikendalikan, tertawa saat sedang sedih atau sebaliknya, ledakan frustasi dan kemarahan, serta ekspresi yang tidak sama dengan emosi. Gejala-gejala tersebut bukan disebabkan pengaruh suasana hati. Seorang penderita mungkin hanya mengalami salah satu gejala, tidak keseluruhan. Hal ini muncul begitu cepat seperti saat kejang. Gangguan ini sering dikira depresi atau bipolar, padahal sebenarnya berbeda.
Menurut para ilmuan Pseudobulbar Affect bisa terjadi karena kerusakan korteks prefrontal atau area otak yang berfungsi membantu mengenali emosi. Selain itu juga bisa terjadi akibat perubahan bahan kimia otak karena depresi dan hiper mood. Cidera dan penyakit dibagian otak juga bisa memicu gangguan PBA. Contohnya seperti stroke, tumor otak, demensia, sklerosis multiple, amyotrophic lateral scerosis, alzheimer, dan parkinson.
Bentuk pengobatan yang dilakukan biasanya dokter memberikan obat anti-depresan untuk mengendalikan gejala PBA. Selain itu juga diberikan dextromethorphan atau quinidine (Nuedexta). Penelitian menyebutkan bahwa kedua obat ini dapat membantu mengontrol ledakan tertawa dan menangis pada penderita PBA.
Sumber:
www.cnnindonesia.com: Pseudobulbar, Penyakit Joker yang Bikin Tertawa Tanpa Sebab
kompas.com: Tertawa Saat Sedih, Kondisi Karakter Joker Namanya PBA dan Bukan Fiksi
kompas.com: Mengenal PBA, Penyakit Joker yang Bikin Penderitanya Mendadak Suka Tertawa