in ,

Capek-Capek Kuliah S2, Di Indonesia Susah Dapat Kerja

sarjana indonesia
Topi Toga Sarjana.

Tuntutlah ilmu setinggi langit!

Tapi kalau tinggal di Indonesia, jenjang ilmu yang tinggi harus diimbangi juga dengan kesabaran ekstra buat dapat kerja. Hehe..apa iya?

Melihat hasil Survei Konsumen yang dirilis Bank Indonesia per Maret 2024 kemarin sih, bisa jadi iya.

Tahun ini, lulusan pascasarjana atau S2 tercatat jadi kelompok yang mengalami penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen paling anjlok.

Singkatnya, itu survei yang mengukur tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan ke depan dibanding sekarang.

Di situ tertulis, indeks ekspektasi kelompok responden S2 anjlok sampai 20,4 poin. Dari 152,4 di bulan Februari, jadi 132,0 di bulan Maret.

Penyebabnya bisa dilihat di data sebelumnya. Mereka nggak yakin akan ada cukup lapangan kerja di masa mendatang.

Hasil respons Indeks Ekpektasi Ketersediaan Lapangan Kerja, kelompok pascasarjana anjlok sampai 36,7 poin di bulan Maret.

Padahal di periode yang sama, para kelompok konsumen di jenjang pendidikan lebih rendah justru lumayan optimis cepat dapat kerja.

Para kelompok pascasarjana juga nggak yakin kegiatan usaha yang dibangun beberapa bulan ke depan akan sukses.

Catatan di Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha, kelompok ini turun 17,5 poin dibandingkan kelompok pendidikan di jenjang yang lebih rendah lainnya.

Kalau dipikir-pikir, harusnya kondisi ekonomi sekarang lebih baik ya. Apalagi bertepatan momen Ramadan dan Idulfitri. Tapi kaum lulusan S2 masih banyak yang pesimistis.

Ya soalnya, nggak banyak juga lowongan kerja yang dibuka buat jenjang pascasarjana. Yang jor-joran kebanyakan lowongan untuk jenjang SMK, lalu Sarjana atau S1.

Buktinya bisa dilihat di rilisan Open Data Kota Bandung. Pasar kerja sepanjang tahun 2023 lebih didominasi lulusan SMK. Ada 6.333 pencari kerja dengan ketersediaan lowongan kerja sebanyak 5.067.

Selanjutnya di jenjang sarjana, ada 3.856 pencari kerja dengan ketersediaan lowongan kerja sebanyak 3.553.

Kalau di jenjang pascasarjana, cuma ada 91 lowongan kerja dengan jumlah pencari kerja mencapai 197. Susah dong saingannya.

Kata Open Data juga, ketimpangan pencari kerja dan lowongan buat pascasarjana itu sudah berlangsung dari tahun 2018.

Di tahun itu bahkan Cuma ada dua lowongan kerja, sedangkan pencari kerjanya mencapai 44. Tapi itu baru di Bandung saja.

Jumlah Lulusan S2 Indonesia

Lowongan kerja sedikit, mungkin juga karena rasio jumlah lulusan S2 di Indonesia belum begitu banyak.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) waktu itu sempat menyinggung sedikitnya lulusan pascasarjana di Indonesia.

Beliau katanya sempat kaget, kok perbandingan lulusan pascasarjana Indonesia sama negara tetangga Malaysia dan Vietnam jauh sekali.

“Saya kaget Indonesia di angka 0,45 persen. Negara tetangga kita, Vietnam dan Malaysia, sudah di angka 2,43 persen. Negara maju 9,8 persen. Jauh sekali,” kata Jokowi pas menghadiri pembukaan Konvensi Kampus XXIX dan Temu Tahunan Forum Rektor Indonesia di Surabaya, Senin (15/1/2024).

Menurut data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), jumlah penduduk dengan latar belakang pendidikan S2 di Indonesia sebanyak 882.113 orang di tahun 2022.

Jika dirasiokan dengan jumlah penduduk usia produktif yang sebanyak 194,48 juta, sesuai kata Jokowi tadi, cuma sebesar 0,4 persen.

Sementara, jumlah lulusan S3 sebanyak 63.315 orang atau rasionya sebesar 0,03 persen di 2022.

Tapi sebenarnya, lulusan perguruan tinggi di Indonesia terus meningkat kok dari tahun ke tahun.

Data Badan Pusat Statistik tahun 2023 yang terakhir perbarui di 24 Januari kemarin, ada 10,15 persen penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas yang sudah menamatkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi.

Naik dibandingkan persentase pada 2013 yang baru sebesar 6,9 persen.

Kalau ngomongin lulusan terbanyak masih didominasi pendidikan menengah atas (SMA/SMK) yang mencapai 30,22 persen.

Pekerja dan Pengangguran

Sesuai hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Agustus 2023 yang dipublikasikan Desember tahun lalu, jumlah penduduk usia kerja di Indonesia (berusia di atas 15 tahun) mencapai 212,59 juta orang.

Dari jumlah itu, 147,71 juta orang adalah angkatan kerja. Tapi, baru sebanyak 139,85 juta orang yang bekerja.

Sementara, ada 7,86 juta orang yang masih berstatus pengangguran terbuka atau benar-benar menganggur. 

Rinciannya, ada sebanyak 96,39 juta orang yang tercatat sebagai pekerja penuh (bekerja di atas jam kerja normal yaitu lebih dari 35 jam per minggu).

34,12 juta orang berstatus bekerja paruh waktu tapi sengaja nggak cari pekerjaan tambahan.

Lalu ada 9,34 juta orang berstatus setengah pengangguran (bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu dan masih mencari pekerjaan lain yang lebih layak). 

Kalau ditotal, angka pengangguran dan setengah pengangguran jumlahnya mencapai total 17,2 juta orang.

Meningkat dibandingkan tahun 2022 yang cuma sebanyak 16,69 juta orang.

Jadi sekarang, mari berharap lowongan kerja untuk pascasarjana dibuka lebih banyak lagi. Supaya mereka tidak ikut masuk dalam data pengangguran di Indonesia. Kan kasihan~